Mencangkok
adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium
pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm. Tumbuhan dikotil yang dicangkok
akan memiliki akar serabut, bukan akar tunggang. Tumbuhan
hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam
dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi, tumbuhan
hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan
umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji (Anonim, 2009).
Tujuan pencangkokan
adalah untuk mendapatkan anakan/bibit untuk pembangunan bank klon, kebun benih
klon, kebun persilangan, karena dengan teknik ini bibit yang dihasilkan bersifat
dewasa sehingga lebih cepat berbunga/berbuah. Pencangkokan dilakukan pada
pohon-pohon plus yang telah dipilih di kebun benih. Penggunaan teknik
mencangkok dilakukan dalam rangka penyediaan materi untuk bank klon, kebun
persilangan dan kebun benih klon (Kartiko, 2000).
Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada kegiatan pencangkokan antara lain:
a.
Pencangkokan
sebaiknya dilakukan pada musim hujan sehingga akan membantu dalam menjaga
kelembaban media sampai berakar.
b.
Pengambilan
cangkok dilakukan setelah cangkok berumur 2 - 3 bulan. Pemotongan cangkok
menggunakan gergaji kemudian diturunkan secara hati-hati. Cangkok yang terlalu
panjang dipotong sebagian dan daunnya dikurangi untuk mencegah terjadinya
penguapan yang terlalu besar.
c.
Cangkok
yang telah dipisahkan dari pohon induknya segera ditanam (aklimatisasi) pada
media campuran tanah dengan kompos/pupuk kandang (3:1). Kegiatan ini dilakukan
di persemaian yang diberi naungan dengan intensitas cahaya lebih dari 50%.
Pemeliharaan cangkok di persemaian dilakukan sampai bibit siap ditanam di
lapangan. Biasanya setelah 3 bulan cangkok telah memiliki perakaran yanag
kompak dan siap dipindahkan ke lapangan.
d.
Pembuatan
cangkok pada satu pohon tidak bisa dilakukan dalam jumlah banyak, karena akan
mengganggu atau merusak pohon tersebut (Hamdan, 2007).
Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara
vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama
dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang
tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak
tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu
dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak,
meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif
dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang
dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat
bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono,
1996).
Pembungkus media cangkok antara lain ijuk, sabut
kelapa, pot plastik, potongan botol bekas kemasan air mineral, gelas bekas
kemasan air mineral atau tabung bambu. Namun, pembungkus yang terbaik adalah
plastik bening karena dapat menahan penguapan air di dalam media sehingga
kelembabannya tetap tinggi. Keadaan ini membuat akar semakin cepat tumbuh.
Selain itu, dengan menggunakan plastik bening, pertumbuhan akar juga gampang
dikontrol setiap saat (Redaksi
Agromedia, 2007).
Semua percabangan pohon induk dapat dicangkok,
asalkan rajin mengeluarkan buah. Namun untuk efisiensi, cukup cabang dan
ranting berukuran kecil yang dicangkok agar dari satu pohon induk dapat
diperoleh belasan atau puluhan bibit cangkokan. Selain itu, bentuk tajuk pohon
induk tetap terjaga jika cabang atau ranting kecil saja yang dicangkok. Pilih cabang atau
ranting yang memiliki panjang 20-30 cm. sosoknya tegap, mulus, dan sehat dengan
warna kulit coklat muda atau hijau kecoklatan tergantung pada jenis
tanamannnya. Perlu diperhatikan, jangan mencangkok cabang yang berwarna
kehitaman dan berkerak karena lambat menumbuhkan akar. Selain itu, umur cabang
yang dicangkok tidak boleh terlalu tua atau terlalu muda karena cabang seperti
ini hanya memiliki sedikit persediaan makanan sehingga menghambat tumbuhnya
akar (Redaksi Agromedia, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar