Layerage
meupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan, yang dapat pula terjadi
secara alamiah. Bagian tepi atau ujung batang yang terkulai cenderung berakar
bila berentuhan dengan tanah, karena bagian vegetatif ini masih berhubungan dan
mendapatkan makanan dan induknya. Pembentukan akar pada layerage dapat
dipermudah dengan perlakuan seperti pelukaan, pengikatan, etiolasi, dan
penyalaharahan dari batang (disorientation), yang mempengaruhi gerakan dan
penumpukan auksin serta karbohidrat pada bagian batang tersebut.
Pembiakan
vegetatif tanaman dengan layerage atau dapat juga disebut bumbun ini dapat
dibedakan menjadi dua macam cara:
- Layerage dalam tanah (merunduk).
- Layerage di atas tanah.
Layerage
di atas tanah disebut juga air layerage, pot layerage, chinese layerage,
marcotted, atau menurut istilah umum di Indonesia disebut dengan cangkokan.
Pencangkokan tanaman dilakukan/digunakan untuk melakukan pembiakan dengan
syarat:
- Tidak dapat dibiakkan dengan cara layerage lain.
- Mempunyai batang/cabang yan berdiameter besar dan tinggi, sehingga tidak mudah dilengkungkan.
- Mempunyai batang-batang masak yang bertunas laten pada atau dekat dasar, tetapi tidak bersedia melakukan regenerasi bila dipakai layerage lain.
Yang
perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah:
1. Waktu
mencangkok.
Wakktu terbaik melakukan pencangkokan
pada musim hujan, karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang,
selain itu cangkokan cepat berhasilnya. Pencangkokan dapat pula dilakukan pada
musim kemarau, asal dilakukan penyiraman 1-2 kali sehari, akan tetapi cangkokan
yang dibuat dalam musim kemarau sering kali berakar lebih cepat.
2. Pemilihan
batang cangkokan.
Batang cangkokan sebaiknya jangan
diambil dari bahan induk yang terlalu tua, sebab biasanya dahan pohon induk
kurang baik untuk dicangkok dan jangan diambil dari pohon yang terlalu muda
sebab belum diketahui sifat-sifatnya.
3. Pemeliharaan
batang cangkokan.
Pembiakan dengan cangkokan harus dijaga
kelembabannya sepanjang waktu sampai dengan sesaat akan ditanam.
Dalam proses pencangkokan hendaknya
lapisan kambium batang dihilangkan. Kambium ini berperan besar dalam menbentuk
pembuluh-pembuluh tapis (ploem) sekunder ke arah sebelah luar dan membentuk
pembuluh-pembuluh kayu (xilem) sekunder ke arah dalam. Dengan
dibuangnya/dibersihkannya lapisan kambium pada waktu penyayatan dan pengupasan
kulit batang, maka zat-zat makanan ataupun segala sesuatu yang berasal dari daun-daun
bagian atas sayatan tidak akan dapat mengalir ke bawah sayatan atau menuju ke
akar. Dengan demikian zat-zat makanan yang bergerak dari atas akan terbendung
di bagian atas sayatan, sehingga di bagian tersebut kulit batang akan
menggembung. Pada bagian yang menggembung ini sebenarnya terjadi penumpukan
auksin serta karbohidrat, dan dengan media tanah, auksin dan karbohidrat
tersebut akan menstimulir timbulnya akar pada batang di bagian atas sayatan.
Mencangkok
adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium
pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm. Tumbuhan dikotil yang dicangkok
akan memiliki akar serabut, bukan akar tunggang. Tumbuhan
hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam
dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi, tumbuhan
hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, dan
umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji (Anonim, 2009).
Tujuan pencangkokan
adalah untuk mendapatkan anakan/bibit untuk pembangunan bank klon, kebun benih
klon, kebun persilangan, karena dengan teknik ini bibit yang dihasilkan bersifat
dewasa sehingga lebih cepat berbunga/berbuah. Pencangkokan dilakukan pada
pohon-pohon plus yang telah dipilih di kebun benih. Penggunaan teknik
mencangkok dilakukan dalam rangka penyediaan materi untuk bank klon, kebun
persilangan dan kebun benih klon (Kartiko, 2000).
Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada kegiatan pencangkokan antara lain:
a.
Pencangkokan
sebaiknya dilakukan pada musim hujan sehingga akan membantu dalam menjaga
kelembaban media sampai berakar.
b.
Pengambilan
cangkok dilakukan setelah cangkok berumur 2 - 3 bulan. Pemotongan cangkok
menggunakan gergaji kemudian diturunkan secara hati-hati. Cangkok yang terlalu
panjang dipotong sebagian dan daunnya dikurangi untuk mencegah terjadinya
penguapan yang terlalu besar.
c.
Cangkok
yang telah dipisahkan dari pohon induknya segera ditanam (aklimatisasi) pada
media campuran tanah dengan kompos/pupuk kandang (3:1). Kegiatan ini dilakukan
di persemaian yang diberi naungan dengan intensitas cahaya lebih dari 50%.
Pemeliharaan cangkok di persemaian dilakukan sampai bibit siap ditanam di
lapangan. Biasanya setelah 3 bulan cangkok telah memiliki perakaran yanag
kompak dan siap dipindahkan ke lapangan.
d.
Pembuatan
cangkok pada satu pohon tidak bisa dilakukan dalam jumlah banyak, karena akan
mengganggu atau merusak pohon tersebut (Hamdan, 2007).
Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara
vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama
dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang
tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak
tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu
dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak,
meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif
dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang
dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat
bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono,
1996).
Pembungkus media cangkok antara lain ijuk, sabut
kelapa, pot plastik, potongan botol bekas kemasan air mineral, gelas bekas
kemasan air mineral atau tabung bambu. Namun, pembungkus yang terbaik adalah
plastik bening karena dapat menahan penguapan air di dalam media sehingga
kelembabannya tetap tinggi. Keadaan ini membuat akar semakin cepat tumbuh.
Selain itu, dengan menggunakan plastik bening, pertumbuhan akar juga gampang
dikontrol setiap saat (Redaksi
Agromedia, 2007).
Semua percabangan pohon induk dapat dicangkok,
asalkan rajin mengeluarkan buah. Namun untuk efisiensi, cukup cabang dan
ranting berukuran kecil yang dicangkok agar dari satu pohon induk dapat
diperoleh belasan atau puluhan bibit cangkokan. Selain itu, bentuk tajuk pohon
induk tetap terjaga jika cabang atau ranting kecil saja yang dicangkok. Pilih cabang atau
ranting yang memiliki panjang 20-30 cm. sosoknya tegap, mulus, dan sehat dengan
warna kulit coklat muda atau hijau kecoklatan tergantung pada jenis
tanamannnya. Perlu diperhatikan, jangan mencangkok cabang yang berwarna
kehitaman dan berkerak karena lambat menumbuhkan akar. Selain itu, umur cabang
yang dicangkok tidak boleh terlalu tua atau terlalu muda karena cabang seperti
ini hanya memiliki sedikit persediaan makanan sehingga menghambat tumbuhnya
akar (Redaksi Agromedia, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar