Powered By Blogger

succes men

succes men
ngasi sambutan nie

Kamis, 23 Februari 2012

Grafting (menyambung tanaman)


Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang sudah lama dikenal dan banyak variasinya. Sharock’s (1672) dalam Wudianto (2002) menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya ragam dari seni grafting ini. Disamping itu Thouin dalam Wudianto (2002) mengatakan bahwa ada 119 bentuk grafting. Dari sekian banyak grafting ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu :
1. Bud-grafting atau budding, yang kita kenal dengan istilah okulasi
2. Scion grafting, lebih populer dengan grafting saja, yaitu sambung pucuk atau enten
3. Grafting by approach atau inarching, yaitu
Cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing. Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru (Wudianto, 2002).
            Batang bawah sering juga disebut stock atau root stock atau bahasa belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau scion. Batang atas dapat berupa potongan  batang atau bisa juga cabang pohon induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara (Inter-Stock).
            Agar batang atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang bawah yang masih mempunyai hubungan keluarga yang dekat. Hal demikian tidak selamanya benar, klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat reproduksinya, sedangkan penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat vegetatif tanaman. Selama ini yang digunakan sebagai patokan untuk melakukan penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak jarang suatu penyambungan mengalami kegagalan (Anonim, 1993).
            Penyambungan antar varietas (masih dalam satu species) tidak pernah mengalami kesulitan, misalnya penyambungan karet varietas gondang tapeh I dan wungun rejo dengan karet ciranji I atau varietas LCB 479. Demikian juga bila kita melakukan penyambungan dua tanaman yang jenis atau speciesnya lain tapi masih dalam satu marga, tingkat keberhasilannya masih cukup tinggi, walaupun kadang-kadang juga ditemui kegagalan.  Sebagai contoh penyambungan yang berhasil adalah mangga madu (Mangifera indica) yang disambungkan dengan mangga Kweni (Mangifera odorata) untuk tanaman buah-buahan, sedangkan untuk tanaman kehutanan Eucalyptus pellita disambungkan dengan Eucalyptus delupta. Kemungkinan keberhasilan penyambungan tanaman menjadi lebih kecil apabila melakukan penyambungan antar marga yang masih dalam satu famili apalagi penyambungannya antar famili, tingkat keberhasilannya makin kecil (Rochiman, 1973).
            Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan 0,05% hormon IAA atau IBA bisa meningkatkan keberhasilan penyambungan, caranya dengan mencelupkan atau mengolesi kedua ujung yang akan dilekatkan, atau menyemprotkan batang atas sebelum disambung (Pracaya, 1992).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar