BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya peningkatan produktivitas padi mendukung P2BN dalam dua tahun terakhir ini banyak mengalami kendala terutama akibat faktor alami seperti perubahan iklim dan serangan hama penyakit. Salah satu jenis penyakit penting adalah virus tungro. Serangan penyakit tungro seringkali berakibat fatal, karena tanaman terserang tidak dapat membentuk malai, dan sangat sulit dikendalikan.
Penyakit tungro mulai ditemukan di Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak tahun 1972, bersamaan dengan munculnya penyakit tungro di Jawa, Bali dan Sulawesi Selatan. Ledakan penyakit tungro terbesar terjadi di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur pada areal seluas lebih dari 10.000 ha tahun 1999. Kerusakan tanaman akibat tungro terus-menerus ditemukan khususnya di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu dan Bima, dengan intensitas serangan yang beragam. Kondisi ini perlu segera diatasi agar ledakan penyakit dapat dihindari yakni melalui pengelolaan tanaman yang benar dan pengendalian yang terintegrasi.
Penyakit virus tungro sampai saat ini masih merupakan masalah bagi kita dan telah banyak menimbulkan kerugian besar di beberapa daerah, tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas padi dan merupakan kendala bagi swasembada dan keamanan pengadaan pangan Nasional. Daerah penyebaran Tungro di Indonesia adalah Sulawesi utara, Sulawesi tenggara, Sulawesi selatan, Kalimantan timur, Kalimantan selatan, Kalimantan barat, Bali, Nusa tenggara barat, Nusa tenggara timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyakit tungro ini di Irian Jaya mulai menyerang pada tahun 1985. Walaupun usaha pengendalian hama wereng hijau yang merupakan vektor virus tungro telah banyak dilakukan, tetapi ternyata sampai saat ini hama tersebut masih merupakan hama utama bagi tanaman padi di Indonesia. Oleh karena itu penerapan pengendalian berdasarkan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu perlu lebih ditingkatkan pelaksanaannya.
BAB III. PEMBAHASAN
Tungro adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi. Dua spesies wereng hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens adalah serangga yang menyebarkan (vektor) virus tungro.
Tungro merupakan salah satu dari penyakit padi yang paling merusak di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Epidemik penyakit ini telah terjadi sejak pertengahan tahun 1960an. Malai yang terserang jarang menghasilkan gabah, menjadi pendek dan steril atau hanya sebagian yang berisi dengan gabah yang berubah warna. Pembungaan tanaman sakit tertunda dan pembentukan malai sering tidak sempurna.
Penyebab Penyakit
Penyakit tungro disebabkan oleh virus yang disebut dengan virus tungro padi (VTP). Virus ini bersifat non persisten, artinya virus tersebut hanya dapat menyerang tanaman dalam masa yang pendek saja. Sudah diketahui bahwa VTP terdiri dari dua bentuk yaitu yang berbentuk batang (RTBV = Rice Tungro Bacciliform Virus) dan virus yang bulat isometri (RTSV = Rice Tungro Spherical Virus). Tanaman yang terserang tungro bisa mengandung kedua virus tersebut namun dapat juga mengandung hanya salah satu saja. VTP tersebut berada dalam jaringan tanaman sakit, terutama dalam jaringan daun.
Gejala Penyakit
Secara morfologis tanaman padi yang tertular virus tungro menjadi kerdil, daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai bercak-bercak berwarna coklat. Perubahan warna daun di mulai dari ujung, meluas ke bagian pangkal. Jumlah anakan sedikit dan sebagian besar gabah hampa. Infeksi virus tungro juga menurunkan jumlah malai per rumpun, malai pendek sehingga jumlah gabah per malai rendah. Serangan yang terjadi pada tanaman yang telah mengeluarkan malai umumnya tidak menimbulkan kerusakan fatal.
Tinggi rendahnya intensitas serangan tungro ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: ketersediaan sumber inokulum (tanaman terserang), adanya vektor (penular), adanya varietas peka dan kondisi lingkungan yang memungkinkan, namun keberadaan vektor yang mengandung virus adalah faktor terpenting. Intensitas penyakit tungro juga dipengaruhi oleh tingkat ketahanan varietas dan stadia tanaman. Tanaman stadia muda, sumber inokulum tersedia dan populasi vektor tinggi akan menyebabkan tingginya intensitas serangan tungro. Ledakan tungro biasanya terjadi dari sumber infeksi yang berkembang pada pertanaman yang tidak serempak.
Faktor-faktor yang Mendukung Penyebaran Penyakit Tungro
Penyebaran penyakit tungro padi (VTP), dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Serangga penular
Virus tungro padi ditularkan melalui serangga penular (vektor) yaitu wereng hijau (Nephotettix spp). VTP ditularkan secara non persisten oleh vektornya. Serangga vektor hanya memerlukan waktu pengisapan dari tanaman sakit 3 - 5 menit, kemudian sudah mampu menularkan virus. kepada tanaman sehat yang rentan. Virus dapat tetap tahan di dalam badan serangga selama kurang lebih S hari. Setelah periode tersebut, serangga tidak mempunyai kemampuan lagi untuk menularkannya. Serangga akan berperan kembali bila tubuhnya telah mengandung virus tungro, yakni setelah menghisap tanaman yang sakit. Demikian pula serangga yang telah berganti kulit tidak efektif setelah mengisap tanaman sakit.
2. Tanaman Inang dan faktor lingkungan
Tanaman padi merupakan inang utama bagi VTP maupun serangga penularannya. Perkembangan penyakit tungro maupun vektornya dipengaruhi oleh kepekaan tanaman padi terhadap virus maupun terhadap serangga penularnya (vektornya). Selain kepekaan tanaman, perkembangan VTP dan vektornya juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik faktor biologic maupun non biologic. Faktor biologis antara lain adanya parasit pathogen dan predator dari serangga penular (vektor), kompetisi antar species, serta adanya tanaman inang pengganti (inang alternatif) bagi VTP maupun vektor.
Pengendalian penyakit
Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya, tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan. Pengendalian bertujuan untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
1. Waktu tanam tepat
Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi populasi wereng hijau yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu. Waktu tanam diupayakan agar pada saat terjadinya puncak populasi, tanaman sudah memasuki fase generatif (berumur 55 hari atau lebih). Karena serangan yang terjadi setelah masuk fase tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
2. Tanam serempak
Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak dilakukan secara serempak. Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan inang dalam rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro, sedangkan bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan keberadaan sumber inokulum. Penularan tungro tidak akan terjadi apabila tidak tersedia sumber inokulum walaupun ditemukan wereng hijau, sebaliknya walaupun populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan apabila tersedia sumber inokulum.
3. Menanam varietas tahan
Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau. Walaupun terserang, varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat menghasilkan secara normal. Sejumlah varietas tahan yang dianjurkan IR-66, IR-72 dan IR-74.
4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
Memusnahkan tanaman terserang merupakan tindakan yang harus dilakukan untuk menghilangkan sumber inokulum sehingga tidak tersedia sumber penularan. Eradikasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah ada gejala serangan dengan cara mencabut seluruh tanaman sakit kemudian dibenamkan dalam tanah atau dibakar. Pada umumnya petani tidak bersedia melakukan eradikasi karena mengira penyakit bisa disembuhkan dan kurang memahami proses penularan penyakit. Untuk efektifitas upaya pengendlian, eradikasi mesti dilakukan diseluruh areal dengan tanaman terinfeksi, eradikasi yang tidak menyeluruh berarti menyisakan sumber inokulum.
BAB IV. KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tungro adalah penyakit virus pada padi yang biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan.
2. Tinggi rendahnya intensitas serangan tungro ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: ketersediaan sumber inokulum (tanaman terserang), adanya vektor (penular), adanya varietas peka dan kondisi lingkungan yang memungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1986. Pengendalian Hama terpadu pada padi. Balai Informasi Pertanian Banjarbaru.
Anonim. 1985. Penyakit Tungro & Cara mengatasinya. Balai Informasi Pertanian Hawa Timor.
Kasno & Bambang Suharto. Pengendalian Hama Wereng coklat dan Penyakit Tungro secara terpadu.
http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=300:penyakit-tungro-dan-pengendaliannya-pada-tanaman-padi&catid=53:artikel&Itemid=49. Diakses tanggal 24 oktober 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar