Powered By Blogger

succes men

succes men
ngasi sambutan nie

Minggu, 27 Maret 2011

Hubungan Populasi Vektor Serangga dengan Insiden Penyakit yang Insect Borne


I. PENDAHULUAN

1.1  Tinjauan Pustaka
Epidemiologi adalah pengetahuan tantang penyakit dalam tingkat populasi. Sebab dalam tingkat populasilah suatu pathogen dapat menimbulkan wabah penyakit. Namun tidak cukup hanya memperhitungkan populasi penyakit saja; tumbuhan inangnya juga harus diperhitungkan dalam tingkat populasi. Bagaimana proses interaksi antara kedua populasi tersebut sehingga terjadi suatu penyakit. Proses intraksi itu terjadi dalam ruang dan berjalan dalam kurun waktu tertentu. Faktor-faktor lingkungan fisik (tanah, pengairan, cuaca, kelembaban nisbi, sinar matahari) dan ulah manusia ikut mempengaruhi arah interaksi tersebut (Oka, 1993).
Epidemi penyakit tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe utama yaitu monosiklik (berbunga tunggal) dan polisiklik (berbunga ganda), tergantung kepada jumlah siklus infeksi per siklus tanaman. Pada tipe monosiklik jumlah atau sumber inokulum tidak bertambah banyak, tanaman-tanaman yang terinfeksi terutama disebabkan oleh sumber infeksi yang sudah ada. Sebaliknya pada tipe polisiklik, sumber inokulum menjadi bertambah banyak dan perkembangan penyakit (Trisusilowati dkk, 2005).
Epidemi penyakit tumbuhan berkembang sebagai akibat kombinasi yang tepat pada waktunya dari unsur-unsur yang sama dengan yang mengakibatkan penyakit tumbuhan, yaitu: tumbuhan inang yang rentan, patogen yang virulen, dan kondisi lingkungan yang menguntungkan, dan terjadi dalam waktu cukup lama. Akan tetapi, karena aktivitas manusia yang mungkin tanpa disadari dapat membantu timbul dan berkembangnya epidemi, atau malahan mungkin juga secara efektif dapat menghentikan timbul dan perkembangan epidemi kondisi yang mungkin saja dapat terjadi tanpa adanya campur tangan manusia (Oka, 1993).
Suatu penyakit untuk dapat mejadi penting pada suatu lahan, dan terutama supaya penyakit tersebut dapat menyebar pada areal yang luas dan berkembang menjadi epidemi yang hebat, maka harus terjadi kombinasi faktor-faktor lingkungan yang tepat dan penyebaran secara terus menerus ataupun secara berulang-ulang dan dengan frekuensi tinggi, meliputi areal yang luas. Bahkan dalam suatu lahan yang kecil yang mengandung patogen, tumbuhan hampir tidak pernah menderita penyakit yang berat hanya karena satu kondisi yang menguntungkan.epidemi membutuhkan daur penyakit yang berulang-ulang dan sangat banyak sebelum patogen menghasilkan individu yang cukup untuk dapat menyebabkan penyakit yang merusak secara ekonomis pada lahan tersebut. Akan tetapi, apabila telah tersedia populasi patogen yang besar, patogen tersebut akan menyerang, menyebar ke lahan di sebelah, dan menimbulkan kerugian yang hebat dalam waktu pendek, hanya beberapa hari (Agrios, 1996).
Laju perkembang biakan patogen sangat bervariasi di antara berbagai jenis patogen, tetapi dari kesemuanaya, satu atau beberapa patogen dapat menghasilkan keturunan dengan sejumlah besar individu dalam satu musim pertumbuhan. Beberapa jenis jamur dapat menghasilkan spora sedikit banyaknya secara terus-menerus, sedangkan juga ada jenus jamur lain yang hanya dapat menghasilkan keturunan pada musim tanam berikutnya (Agrios, 1996).
Menurut Semangun (2001), pada penyakit berbunga sederhana jumlah tanaman sakit, xt, setelah jangka waktu t, adalah sama dengan jumlah tanaman sakit mula-mula, x0, ditambah dengan laju infeksi, r, kali x0, dikali dengan t.
      xt = x0 + x0rt
      xt = x0 (1 + rt)
Sedangkan untuk penyakit berbungan majemuk (bila t cukup besar)
            Xt = x0 . ert
xt adalah banyaknya tanaman sakit setelah jangka waktu t
x0 adalah banyaknya tanaman sakit mula-mula (t = 0)
adalah bilangan alam (2,7182)
r  adalah laju infeksi, tambahan tanaman sakit per satuan waktu
t  adalah jangka waktu berlangsungnya epidemi.



1.2    Tujuan Praktikum
2.      Menentukan laju infeksi suatu penyakit tanaman untuk digunakan sebagai dasar melakukan tindakan pengendalian terhadap penyakit
3.      Membandingkan laju infeksi penyakit dari tipe monosiklik dengan tipe polisiklik



























II. METODOLOGI  


2.1  Alat Dan Bahan
Tanaman atau daun (tembakau) yang terinfeksi patogen TMV (Tobacco Mozaik Virus) atau daun tembakau yang sehat, kapas, air steril, cawan petri atau kotak plastik, pipet, gelas obyek, dan mikroskop dengan perlengkapannya.

2.2  Cara Kerja
1.      Disiapkan tanaman tembakau yang sehat dan yang terserang oleh TMV di lahan.
2.      Tentukan jumlah tanaman tembakau yang akan dihitung per petak pada luasan areal.
3.      Hitunglah tanaman tembakau yang bergejala TMV dalam suatu area lahan.
4.      Pengamatan di lakukan setiap 2 hari dan hitung tanaman yang bergejala TMV dan yang sehat. Lakukan pengamatan setiap 2 hari sampai gejala pertama kali muncul, dan tentukan proporsi penyakit pada awal infeksi (X0). Selanjutnya pengamatan dilakukan selama 6 hari , hitung nilai X pada setiap pengamatan dan pada akhir pengamatan tentukan nilai Xt.
5.      Gambarkan grafik hubungan antara X dan t dan tentukan model perkembangan penyakit termasuk monosiklik atau polisiklik.
6.      Hitung laju infeksi penyakit (r) berdasarkan tipe penyakit.










III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
·         Ulangan I
     Dari 146 tanaman tembakau, 17 tanaman tembakau terserang TMV :

·         Ulangan II
Dari 146 tanaman tembakau, 22 tanaman tembakau terserang TMV :

·         Ulangan III
Dari 146 tanaman tembakau, 28 tanaman tembakau terserang TMV :
Ulangan / hari ke-
Tanaman Terserang
KP ( % )
I = 2
17
13,2 %
II = 4
22
17,8 %
III = 6
28
21,8%
Diketahui bahwa tanaman tembakau terserang penyakit TMV sebanyak 21,8 %  yaitu
Gambar 2. Diketahui bahwa grafik diatas berbentuk Linier atau garis lurus tipe Monosiklik
            Tanaman sakit lebih dari yaitu 8,9 % (Monosiklik)
Proporsi penyakit suatu tanaman atau area pertanaman tembakau  menunjukkan nilai r = 0.025  yaitu setiap hari terjadi peningkatan tanaman yang terserang TMV sebanyak 25 tanaman untuk seribu tanaman.

3.2 Pembahasan
Praktikum yang bertujuan untuk menentuakan laju infeksi penyakit tumbuhan dialapang ini sangatlah bermanfaat karena setelah kita mempelajari teori kita mengaplikasikan dilapang sehingga kita dapat mengetahui secara langsung laju infeksi dengan tipe monosiklik dan polisiklik, dari hasil yang telah kami dapat setelah melakukan pengamatan pada lahan pertanaman tembakau.
Pada praktikum acara ini kami mendapat tugas untuk mengamati tanaman tembakau yang terserang penyakit TMV, dengan morfologi tanaman tembakau yang terserang menunjukkan gejala bercak-bercak kuning pada daun yang menyebar seperti mozaik hampir di setiap larik atau baris yang kami amati setidaknya ada 1 bahkan lebih yang terserang virus ini.
Namun ada tanaman yang tidak menunjukkan gejala sakit  karena faktor yang berperan dalam timbulnya virus ini kurang mendukung seperti faktor lingkungan, jika faktor lingkungan tidak sesuai bagi pertumbuhan patogen, maka tingkat perkembangan patogen menurun bahkan tidak berkembang. Akibatnya patogen tidak dapat mnginfeksi tanaman dan tanaman menjadi tetap sehat, karena patogen memerlukan beberapa faktor lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun kondisi inang rentan, tetapi jika kondisi lingkungan yang kurang mendukung maka tingkat virulensi patogen menurun dan tidak akan menginfeksi pada tanaman inang.
Selain kondisi lingkungan yang tidak sesuai, musim hujan yang tidak merata juga merupakan faktor pada perkembangan pathogen, pada tanaman temabakau yang kami amati dilahan tanaman tembakau ini sudah besar dengan pola tanam tembakau ini 1 alrik berisi 10-12 tanaman tembakau dan dari setiap baris tanaman yang kita amati terdapat serangan TMV pananaman TMV ini bersebrangan dengan tanaman padi namun jarak tanam yang terlalu rapat antara setiap tanaman tembakau dengan tanaman yang lain menyebabkan penulran virus cepat menyebar karena virus ini dengan adanya gesekan daun dari tanaman sakit ke tanaman yang sehat tanaman sehat akan tertular virus juga, oleh karena itu kesesuaian lingkungan, inang yang rentan, hujan yang tidak merata merupakan faktor utama dalam proses infeksi patogen. Sehingga perlu dilakukan pengamatan di lapang agar suatu ketika tanaman terserang banyak maka kita dapat melakukan aplikasi pengendalian.
Setelah kami melakukan pengamatan dalam beberapa hari kami mendapatkan hasil dimana untuk ulangan I  dari  jumlah tembakau sebanyak 146 tanaman yang terserang TMV sebanyak 17, pada ulangan II dari  jumlah tembakau sebanyak 146 tanaman yang terserang TMV sebanyak 22, dan pada ulangan III dari  jumlah tembakau sebanyak 146 tanaman yang terserang TMV sebanyak 28 di pertanaman tembakau.dengan bertambahanya jumlah tanaman yang terserang pada setiap ulangan pengamatan hal ini akan mempengaruhi prsentase perkembangan penyakit dari awalnya 13,2 %, 17,8 %, menjadi 21,8%.  Dari hasil yang seperti itu menunjukkan bahwa epidemic penyakit ditentukan pula oleh laju infeksi, dengan nilai laju infeksi yang tinggi menunjukkan bahwa pathogen sangat virulen atau inangnya yang rentan sehingga pathogen mudah menginfeksi. Setelah kami lakukan perhitungan dan pembuatan grafik untuk menentukan pengukuran laju infeksi penyakit TMV di lapangan, grafik yang telah kami buat menunjukkan sebuah garis linier hal ini berarti laju infeksi pada TMV yang menyerang tanaman tembakau bertipe monosiklik.



















IV. SIMPULAN

1.    Tanaman yang menunjukkan gejala sistemik perkembangan epidemi penyakitnya bersifat monosiklik.
2.    Epidemi penyakit tergantung pada macam, besarnya, dan lamanya  lingkungan, pathogen, inang yang mempengaruhi.
3.    Grafik yang telah kami buat menunjukkan garis yang linier hal ini menunjukkan bahwa tipe perkembangan epidemic pada TMV bertipe monosiklik
4.    Karena perkembangan penyakit TMV semakin besar pada setiap pengamatan yang kami lakukan maka bila dibiarkan terus menerus tanaman akan mati dan mengurangi produksi maka perlu dilakauan pengendalian.

 




























DAFTAR PUSTAKA


Agrios, N. George. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Oka, I. N. 1993. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar