LAPORAN PRAKTIKUM
HAMA DAN PENYAKIT PASCA PANEN
Acara : Menghitung Jumlah Mikroba Pada Buah dan Sayur
Tanggal : 29 Maret 2006
Laboratorium : Perlindungan Tanaman
|
Oleh :
Nama : Mahbub Al Qusaeri
Nim : 071510401050
Nilai :
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER -
Maret, 2011
I. PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka
Bayam merupakan salah satu jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan, karena daunnyamengandung zat-zat gizi yang cukup tinggi seperti protein,mineral,besi, kalsium, dan vitamintanaman bayam mudah cara pembudidayaannya dan tidak menghendaki persyaratan tumbuh yang sulit. Tanaman bayam dapat ditanam di dataran rendah atau dataran tinggi pada semua jenis lahan (baik pekarangan, tegalan, atau sawah) dan tumbuh sepanjang tahun dan tidak mengenal musim (Bandini dan Nurudin, 1995).
Bayam adalah sayuran daun daerah tropik yang sangat dikenal Sampai sekarang, tumbuhan ini sudah tersebar di daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 5-2.000 m dpl, tumbuh di daerah panas dan dingin, tetapi tumbuh lebih subur di. dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya agak panas. Herba setahun, tegak atau agak condong, tinggi 0,4-1 m, dan bercabang. Batang lemah dan berair. Daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, serta warnanya hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga dalam tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan. Bunga berbentuk bulir (Sunarto, 1995).
Bayam sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Sebagian orang berpendapat bahwa bayam mempunyai rasa enak, lunak, dan dapat memberikan rasa dingin di perut. Sedangkan sebagian lagi mengatakan bahwa bayam adalah sayuran yang tidak komplet, daunnya cenderung akan terasa seperti bubur bila terlalu lama dimasak, dan berkandungan besi terlalu tinggi. Terlepas dari kedua pendapat itu, sebenarnya bayam merupakan sayuran yang banyak mengandung vitamin dan garam-garam mineral yang dibutuhkan tubuh manusia Kandungan Gizi Bayam diantaranya adalah (flap 100 g bahan) Jumlah Kalori 36 kal Protein 3,5 g Lemak 0,5 g Hidrat arang 6,5 g Vitamin B1 908 mg Vitamin A 6.090 SI Vitamin C 80 mg Kalsium (Ca) 267 mg Fosfor (P) 67 mg Besi (Fe) 3,9 mg Air 86,9 g (Hukum dan Sri Kuntarsih, 1990).
Bayam yang dijual di pasaran dan biasa dikonsumsi sebagai sayuran dikenal dengan bayam cabutan atau bayam sekul. Terdapat tiga varietas bayam yang termasuk ke dalam Amaranthus tricolor, yaitu bayam hijau biasa, bayam merah (Blitum rubrum), yang batang dan daunnya berwarna merah, dan bayam putih (Blitum album), yang berwarna hijau keputih-putihan. Sebagai informasi, daun dan batang bayam merah mengandung cairan berwarna merah. Selain A. tricolor, terdapat bayam jenis lain, seperti bayam kakap (A. hybridus), bayam duri (A.spinosus), dan bayam kotok/bayam tanah (A. blitum). Jenis bayam yang sering dibudidayakan adalah A. tricolor dan A. hybridus sedangkan jenis bayam lainnya tumbuh liar. Panen bayam cabut paling lama dilakukan selama 25 hari. Setelah itu, kualitasnya akan menurun karena daunnya menjadi kaku. Bayam dapat disayur bening, dibuat gado-gado, pecal, atau direbus untuk lalap. Kadangkadang, daun bayam yang muda dan lebar digunakan pula sebagai bahan rempeyek. Tanaman bayam dapat diperbanyak dengan biji (Nazaruddin, 2000).
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada sayuran bayam.
II. BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
a. Mortil steril
b. Cawan petri
c. Pengaduk
d. Erlenmeyer
e. Tabung reaksi
2.1.2 Bahan
a. Bahan sayuran bayam
b. Air steril
c. Alkohol
d. Media PDA dan NA
2.2 Metode
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Mengambil bahan sayuran bayam dan menghaluskannya dengan menggunakan mortil steril.
c. Menimbang bahan sebanyak 1 gram dan menambahkan air steril di dalamnya lalu mengencerkannya sampai 10-3. Menanam dengan metode tuang (pour plate) masing-masing 3 cawan petri untuk setiap pengenceran (jumlah suspensi yang diinokulasikan tergantung dari kepekatan suspensi yang ada).
d. Menginkubasi pada suhu kamar selama 48 jam
e. Mengamati dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh dari setiap pengenceran. Memilih setiap cawan petri yang memenuhi syarat untuk perhitungan TPC. Menentukan jumlah mikroorganisme per ml sampel.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan pada pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Mikroba | Jumlah Koloni | | ||
1 | 2 | 3 | ||
Bakteri | 142 | 163 | 163 | |
Jamur | 77 | 134 | 125 |
3.2 Pembahasan
Pada praktikum penghitungan jumlah mikroba pada sayuran yang telah dilakukan dan setelah diinkubasikan pada suhu ruang maka diperoleh hasil bahwa pada sayuran bayam terdapat banyak sekali jumlah mikrobia baik itu jamur maupun bakteri. Dari praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan bahan media NA untuk menumbuhkan bakteri dan media PDA untuk menumbuhkan jamur masing-masing dengan tiga ulangan dan diinkubasikan selama 48 jam pada suhu ruang.kita dapat menghitung jumlah mikroba yang telah diinkubasikan tersebut dengan menggunakan alat penghitung koloni mikroba atau koloni counter (elektronik counter).
Dari perlakuan tersebut didapatkan hasil bahwa pada perlakuan I untuk jamur ulangan pertama diperoleh jumlah mikrobanya 77, ulangan dua 134 dan ulangan tiga sebanyak 125. Pada perlakuan Iiuntuk bakteri ulangan satu didapatkan jumlah mikroba sebanyak 142, ulangan dua 163 dan ulangan tiga sebanyak 163. dari hasil yang diperoleh tersebut dapat diketahui bahwa banyaknya jumlah mikroba yang tumbuh pada masing-masing media sangat dipengaruhi sifat fisik, struktur bahan pangan, sifat kimia atau komposisi bahan air, nutrient, pH, dan adanya substansi penghambat. Selain itu juga dipengaruhi oleh adanya oksigen dan suhu. Dengan adanya faktor fisik dan enzym yang telah diuraikan tadi dapat mendorong kerusakan oleh mikrobia, sama halnya akibat hama dan penyebab penyakit yang dapat menimbulkan kebusukan. Adanya kebusukan sendiri dapat disebabkan antara lain oleh bakteri dan jamur.mikroba yang tumbuh pada suatu produk komodoti tertentu sangat berbeda dengan mikrobia pada suatu produk bahan yang berlainan Diantara faktor yang telah disebutkan diatas yang sangat memacu tumbuhnya mikroba dalam jumlah yang banyak pada masing-masing media adalah faktor lingkungan sekitar, mungkin dalam pelaksanaan praktikum praktikan kebanyakan bicara sehingga pertumbuhan mikroba juga semakin banyak Pada jenis mikroba yang ditumbuhkan pada masing-masing media yang telah ada didapatkan bahwa jumlah bakteri jauh lebih banyak dibandingkan jamur pada sayur bayam. Selain jumlah mikrobanya yang banyak juga banyaknya koloni yang bertumpukan sehingga kesulitan dalam penghitungannya. Hal ini disebabkan karena faktor pengenceran yang dilakukan, pada praktikum ini mungkin pengencerannya terlalu pekat sehingga pertumbuhan bakteri tidak tersebar dengan rata pada media yang telah ada.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
- Pada media NA(Bakteri) untuk ulangan I didapatkan sebanyak 142 mikroba, ulangan II 163 dan ulangan III juga163 koloni, sedangkan pada media PDA (Jamur)pada ulangan I didapatkan sebanyak 77, ulangan II 134, dan ualangan III sebanyak 125 koloni jamur.
- Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas bakteri dan jamur dalam melakukan pengrusakan pada sayuran adalah 1)sifat fisik dan struktur bahan pangan,2) sifat kimia atau komposisi bahan seperti air, nutrient, pH, dan adanya substansi penghambat, 3)Adanya oksigen dan 4)Suhu.
- Jenis mikroba yang banyak terkandung dalam sayur bayam adalah dari Bakteri.
- Banyaknya jumlah mikroba ini mungkin juga dipengaruhi oleh pengenceran yang terlalu pekat.
DAFTAR PUSTAKA
Bandini, Y dan Nurudin Aziz.1995. Bayam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hukum, R dan Sri Kuntarsih, 1990. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan. http//www. IPTEK. Net. Id/ind/ Teknologi Pangan/index php?id=304. Diakses tanggal 28 Maret 2006.
Nazaruddin. 2000. Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunarto, H. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar