Powered By Blogger

succes men

succes men
ngasi sambutan nie

Minggu, 27 Maret 2011

Cara Mendeteksi Patogen Dalam Tanah


I. PENDAHULUAN

1.1  Tinjauan Pustaka
Penyebaran patogen tumbuhan umumnya terjadi secara pasif. Penyebaran tersebut dibantu oleh beberapa agen penyebar patogen seperti angin. air, serangga atau hewan lainnya selain serangga dan manusia. Patogen yang penyebarannya dibantu oleh angin atau terbawa angin disebut sebagai patogen yang air borne. Sedang patogen yang penyebarannya banyak di bantu oleh air terutama melalui air pengairan, biasanya ialah patogen yang mampu bertahan di dalam tanah atau terbawa tanah (soil borne). Air juga dapat berperan sebagai agen penyebar beberapa patogen yang air borne, misalnya melalui percikan air hujan ke atas daun atau tanah yang terinfeksi. Patogen yang soil borne apabila ditularkan ke tanaman melalui tanah dan menyebabkan infeksi pada tanaman (bibit) disebut patogen tular tanah (soil transmitted).
Kadang-kadang inokulum terdapat pada sisa-sisa tumbuhan atau dalam tanah tempat tanaman ditanam; Inokulum lain ada yang datang ke areal pertanaman melalui biji, bibit, umbi atau bahan-bahan perbanyakan tumbuhan yang lain, atau inokulum tersebut mungkin datang dari tempat lain di luar areal pertanaman. Sumber inokulum yang berada di luar pertanaman mungkin berada dekat tumbuhan atau dekat lahan atau dari areal lain yang jaraknya dapat bermil-mil dari pertanaman. Pada banyak penyakit tumbuhan, terutama pada tanaman setahun, inokulumnya bertahan hidup pada gulma tahunan atau inang penggilir dan setiap musim inokulum tersebut pindah dari tumbuhan tersebut ke tanaman setahun atau tanaman lain. Jamur, bakteri, tumbuhan tingkat tinggi parasit dan nematoda menghasilkan inokulum pada permukaan yang terinfeksi atau inokulumnya mencakupi permukaan tumbuhan apabila jaringan yang diinfeksinya patah. Virus, viroid, mikoplasma dan bakteri fastidious menghasilkan inokulum dalam jaringan tumbuhan, inokulum tersebut hampir tidak pernah mencapai permukaan tumbuhan secara alami, dan oleh karena itu, tidak dapat melepaskan dirinya dari satu tumbuhan dan menyebar ke tumbuhan lain (Agrios, 1996).
Penyakit lanas pada tembakau sudah lama di kenal di Indonesia. Untuk pertama kali penyakit diteliti pada tahun 1984 di Deli oleh van Breda de Hann. Lanas merupakan penyakit tembakau di Indonesia, misalnya Surakarta, Besuki, Bojonegoro, dan Lumajang. Di Deli lanas kalah penting jika dibandingkan dengan penyakit layu bakteri, dan hanya timbul di pembibitan (pesemaian). Karena itu, di Deli penyakit ini disebut “penyakit bibit”. Di Besuki lanas disebut “kolot basah”. Sebelum dibudidayakan F1 (TV 38 x G) yang mempunyai ketahanan tinggi, lanas menimbulkan kerugian besar sekali di daerah tembakau cerutu Vorsteland. Sekarang di daerah tersebut penyakit ini kurang penting artinya (Semangun, 1996).
Lanas kurang merugikan tembakau rajangan. Di duga tembakau ini mempunyai ketahanan yang lebih tinggi dari pada tembakau cerutu dan tembakau Virginia. Lanas juga hampir selalu terdapat di daerah-daerah tembakau di negara lain, seperti Amerika Selatan dan Afrika Selatan lanas dikenal dengan nama black shank. Lanas dapat timbul pada tembakau dengan bermacam-macam umur, baik di pembibitan maupun di pertanaman. Pada bibit yang daunnya bergaris ke tengah 2-3 cm, penyakit mula-mula diketahui warna daun yang hijau kelabu kotor. Jika kelembapan udara sangat tinggi, penyakit berkembang dengan cepat dan bibit segera  menjadi busuk. Penyakit ini dapat meluas dengan cepat, sehingga pembibitan tampak seperti disiram air panas (Semangun, 2000).

1.2  Tujuan Praktikum
a.       Untuk mengetahui dan mempelajari cara-cara mendeteksi patogen dalam tanah.
  1. Untuk membuktikan bahwa patogen Phytopthora nicotiane var nicotiane dapat ditularkan melalui beberapa metode. 
 

II. BAHAN DAN METODE


2.1    Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
a.       Cawan plastik.
b.      Kuas.
c.       Baki plastik.
d.      Kaleng, sebanyak 4 buah.
e.       Alat pengaduk.

2.1.2 Bahan
a.       Daun tembakau sehat.
b.      Tanah bekas lanas.
c.       Air bebas lanas.
d.      Daun pisang.

2.2        Cara Kerja
* Metode pengulasan :
a.       Mencampur tanah yang akan diteliti dengan air bebas lanas.
b.      Mengaduk hingga menyerupai lumpur encer.
c.       Mengulaskan lumpur encer tersebut pada permukaan bawah daun-daun tembakau dengan menggunakan kuas hingga merata.
d.      Menyimpan daun-daun yang telah di ulas dalam baki plastik yang di alasi dengan daun pisang.
e.       Meletakkan daun-daun tersebut dengan tiap-tiap helaian daun dengan yang lain dipisahkan dengan daun pisang dan bagian daun yang diulas dengan tanah harus di sebelah atas.
f.       Setelah 24 jam, mencuci daun-daun dengan air bebas lanas.
g.      Menyimpan kembali dalam baki plastik dengan cara yang sama.
h.      Mengamati munculnya gejala dengan cara menghitung jumlah bercak yang muncul pada setiap daun.
* Metode pengaliran :
a.       Memasukkan tanah yang akan diteliti ke dalam kaleng satu secukupnya.
b.      Memasukkan daun-daun tembakau yang digunakan untuk pengujian ke dalam kaleng ke-2, 3 dan 4 sebanyak 5 lembar daun untuk setiap kaleng yang diletakkan dengan cara di gantung.
c.       Mengalirkan air bebas lanas ke dalam kaleng satu.
d.      Dengan air tetap mengalir, mengaduk tanah dengan kaleng satu secara terus menerus dan mengalirkan air dari kaleng satu ke kaleng dua, dari kaleng dua ke kaleng tiga, serta dari kaleng tiga ke kaleng empat. Air dari kaleng empat dibiarkan mengalir terbuang.
e.       Pengaliran dilakukan selama lebih kurang satu jam sejak air keluar pertama kali dari kaleng keempat.
f.        Setelah satu jam, membuang dan menyimpan daun-daun tembakau dalam bak plastik, antara daun satu dengan yang lain dipisahkan dengan daun pisang.
g.      Penyimpanan dilakukan selama 24 jam.
h.      Mengamati munculnya gejala dengan cara menghitung jumlah bercak yang muncul pada setiap daun.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
a. Metode pengulasan
Kelompok
Ulangan
Hari ke-
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
I
I
-
10
19
29
9,7
II
-
10
12
22
7,3
III
-
12
15
27
9
IV
-
15
17
32
10,7
V
-
13
18
31
10,3
II
I
-
17
20
37
12,3
II
-
15
17
32
10,7
III
-
10
13
23
7,7
IV
-
9
12
21
7
V
-
17
20
37
12,3
III
I
-
3
7
10
3,3
II
-
7
9
16
5,3
III
-
6
10
16
5,3
IV
-
4
5
9
3

b. Metode pengaliran
Kelompok
Ulangan
Hari ke-
1
2
3
I
I
-
+++
+++
II
-
+++
+++
III
-
+++
+++
IV
-
+++
+++
V
-
++
+++
II
I
-
++
+++
II
-
++
+++
III
-
+
++
IV
-
++
+++
V
-
++
+++
III
I
-
+
++
II
-
+
++
III
-
+
++
IV
-
+
++



Keterangan:        -           tidak ada gejala
                           +          gejala sedikit
                           ++        gejala menyebar sedikit
                           +++     gejala menyebar ke seluruh permukaan daun

3.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari cara-cara mendeteksi patogen dalam tanah. Patogen yang digunakan adalah Phytophthora nicotiane var nicotiane, penyebab lanas, sedangkan tanaman yang digunakan adalah tembakau. Metode yang digunakan adalah metode pengulasan dan metode pengaliran. Praktikum ini juga bertujuan untuk membandingkan  metode yang paling efektif (antara metode pengulasan dan pengaliran) dalam keberhasilan isolasi lanas tembakau. Pada metode pengulasan dilakukan 14 ulangan.
Pada metode pengulasan, gejala baru terlihat pada hari kedua. Gejala yang muncul adalah bercak hijau kelabu kotor yang terdapat pada permukaan daun. Bercak ini sifatnya menyebar ke seluruh permukaan daun. Diameter bercak kira-kira 2 – 3 cm. Pada hari selanjutnya bercak terus meluas ke seluruh permukaan daun. Pada semua ulangan, terdapat gejala. Hal ini membuktikan bahwa Phytophthora nicotiane var nicotiane, dapat ditularkan/diisolasi melalui metode pengulasan. Patogen ini bersifat soil borne (dapat bertahan dalam tanah). Tanah bekas lanas yang digunakan pada metode pengulasan ternyata masih terdapat Phytophthora nicotiane var nicotiane dan masih virulen.
Pada metode pengaliran, gejala baru terlihat pada hari kedua. Gejala yang muncul adalah permukaan daun yang berubah warna menjadi hijau kelabu kotor. Sifatnya menyebar ke seluruh permukaan daun. Pada hari berikutnya, warna permukaan daun yang berubah semakin bertambah/meluas. Hal ini membuktikan bahwa Phytophthora nicotiane var nicotiane dapat ditularkan melalui metode pengaliran. Dibandingkan dengan metode pengulasan, gejala yang muncul pada metode pengaliran ternyata lebih menyebar. Hal ini berarti metode pengaliran lebih efektif dibandingkan dengan metode pengulasan.
Pada metode pengaliran, daun pada kaleng pertama menunjukkan gejala yang paling berat dibandingkan dengan kaleng kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan Phytophthora nicotiane var nicotiane yang terbawa oleh air terlebih dahulu menempel pada daun di kaleng pertama pertama, baru kemudian air mengalir pada kaleng kedua dan ketiga. Pada kaleng pertama yang pertama kali dilewati patogen, banyak tersimpan Phytophthora nicotiane var nicotiane sehingga daun pada kaleng pertama menunjukkan gejala yang paling berat.
Tanah yang lembab (mengandung banyak air) merupakan habitat yang sesuai bagi Phytophthora nicotiane var nicotiane. Hujan dan kelembapan tinggi merupakan faktor terpenting bagi perkembangan lanas di mana saja. Air, juga air pengairan, sangat membantu penyebaran Phytophthora nicotiane var nicotiane. Hal ini membuktikan dengan terjadinya gejala yang sangat luas dan merata pada seluruh permukaan daun pada metode pengulasan.
Jamur mempunyai hifa yang tidak berwarna dan tidak bersekat, menjalar di dalam tumbuhan sakit. Jika jaringan ini terendam air atau berada dalam ruangan yang sangat lembab, jamur membenmtuk banyak sporangium (zoosporangium) yang berbentuk bulat telur seperti buah per, yang mempunyai sebuah tonjolan (papil). Sporangium dapat berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk zoospora yang keluar satu persatu dari dalam sporangium. Di samping itu sporangium dapat berkecambah secara langsung dengan membentuk hifa atau pembuluh kecambah. Oleh karena itu sporangium Phytophthora nicotiane var nicotiane sering juga disebut sebagai konidium. Zoospora mempunyai dua flagel dan dapat berenang dalam air.      





IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
  1. Phytophthora nicotiane var nicotiane dapat ditularkan/diisolasi dengan metode pengulasan dan pengaliran.
  2. Metode pengaliran lebih efektif dalam menularkan Phytophthora nicotiane var nicotiane dibandingkan dengan metode pengulasan.
  3. Phytophthora nicotiane var nicotiane bersifat soil borne (dapat bertahan dalam tanah.
  4. Kelembapan tinggi merupakan faktor terpenting bagi perkembangan lanas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar