Powered By Blogger

succes men

succes men
ngasi sambutan nie

Jumat, 13 Mei 2011

Hama kacang tanah


Unej








LAPORAN PRAKTIKUM
HAMA PENYAKIT PASCA PANEN








                                                                                                              


Oleh:
Mahbub Al Qusaeri
071510401050














JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
BAB I. PENDAHULUAN


1.1  Tinjauan Pustaka
Masyarakat Indonesia telah lama mengenal budidaya tanaman kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, kedelai) sebagai bahan pangan sendiri maupun industri. Tanaman ini biasanaya ditanam disawah atau tegalan secara tunggal atau ganda dalam sistem tumpang sari sebagai bahan pangan dan biji kacang-kacangan ini banyak mengandung lemak dan protein (Suprapto, 2001)
Di Indonesia angka produksi kacang tanah, diantara jenis kcang-kacangan lainnya, menempati ukuran kedua setelah kedelai. Meskipun demikian tanaman ini memiliki kendala untuk peningkatan produksinya. Kendala tersebut berupa:
  • Pengolahan tanah yang kurang optimal sehingga drainasenya buruk dan strukturnya padat.
  • Pemeliharaan yang kurang optimal
  • Serangan hama dan penyakit (bercak daun, karat, virus, dan layu bakteri)
  • Penanaman varietas yang berproduksi rendah
  • Mutu benih yang rendah
  • Kekeringan
Untuk mengatasi kendala tadi, berbagai usaha telah banyak ditempuh. Usaha tersebut meliputi perbaikkan cara bertanam, penggunaan varietas unggul (misalnya varietas gajah, kidang, banteng dan macan), pengaturan populasi tanaman, pemakaina pupuk dengan jenis dan dosis yang tepat dan pengendalian hama/penyakti serta gulma. Meskipun demikian usaha-usaha ini belum mampu meningkatkan produksi seperti yang diinginkan. (Suprapto, 2001)
Semua makhluk hidup dalam pertumbuhan dan perkembangannya di pengaruhi oleh berbagai factor. Baik dan buruknya dari luar maupun dari dalam tubuhnya sendiri. Demikian pula halnya dengan tanaman yang pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, suhu, kelembapan, penyinaran, dan factor genetic dalam tanaman itu sendiri.(Semangun, 2001)
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari sejak benih, pembibitan, pemanenan, hingga di gudang penyimpanan selalu tidak luput dari gangguan hama, pathogen, gulma atau karena factor-faktor lingkungan yang tidak sesuai bagi tanaman. Demikian besarnya peran pengganggu tanaman terhadap kehidupan manusia, tetapi masih banyak orang yang belum sadar akan kerugian  tersebut, pengetahuan tentang hama, pathogen, gulma, dan cara pengendaliannya masih belum banyak diketahui oleh petani, oleh sebab itu pengetahuan tentang hal-hal tersebut sangat penting diketahui oleh petani dan orang-orang yang berkecimpung di bidang pertanian.(Tjahjadi, 1989).
Ilmu benih mencakup segala ilmu yang relevan dengan perilaku benih baik ketika masih dibentuk pada tanaman atau tumbuhan induknya maupun ketika ditangani atau disimpan setelah dipanen dari tanaman atau gugur dari tumbuhan induknya. (Mugnisjah, 1994).
Tujuan utama penyimpanan  benih tanaman bernilai ekonomis ialah untuk mengawetkan cadangan bahan tanaman dari satu musim ke musim lainnya/berikutnya. Meski penyimpanan cadangan benih untuk penanaman musim berikutnya tetap merupakan alasan penting, namun petani dan penangkar benih menyadari, behwa perpanjanga jangka waktu penyimpanan benih selama dua tahun atau lebih adalah hal yang paling menguntungkan. Tindakan mana menyiapkan orang untuk menghadapi masa-masa sulit produksi benihnya dengan menimbun persediaan kelompok benih yang disukai. (Justice, 1994). 

1.2  Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pengendalian penyakit pasca panen penyimpanan benih, serta mengetahui karakter hamanya.

BAB 2. METODELOGI

2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Ø  Pinset
Ø  Mikroskop
Ø  Pipet tetes
Ø  Kaca pembesar
Ø  Alat tulis menggambar
2.1.2 Bahan
Ø  Komoditi benih
Ø  Alkohol 75%

2.2 Cara Kerja
  1. Menyiapkan bahan-bahan yang sudah terserang hama gudang.
  2. Mengambil hama yang ada pada bahan yang terserang.
  3. Hama ditaruh pada alkohol 75%.
  4. Melakukan penggambaran.
  5.  Agar kerja pengamatan pada bahan cepat dan penggambaran hamanya dengan cepat maka memergunakanlah alat mikroskop












BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Carpophilus spp. (Coleoptera : Nitidulidae)
Di Indonesia terdapat beberapa spesies yaitu C. dimidiatus pada simpanan buah-buahan. Terdapat di Sumatra Utara sebagai bubuk buah kopi dan di Sulawesi sebagai perusak jagung dan kopra C. hemipterus ditemukan di Sulawesi pada kopra dan terdapat pada kopra di Jawa C. humeralis pada kopra Jawa.
Morfologi dan Biologi
            Serangga dewasa berukuran 3 -5 mm, berwarna kelabu hitam, cokelat tua sampai hitam. Elitra tidak menutupi seluruh abdomen sehingga ujung abdomen tampak dari arah dorsal. Elitra ditutupi oleh rambut-rambut jarang. Tiga ruas sungut membesar seperti pemukul gong. Larva berbulu pendek dan jarang. Mempunyai tungkai yang digunakan untuk bergerak aktif. Pada pertumbuhan penuh panjangnya 5 – 7 mm. Pada imago C. hemipterus elitranya terdapat gambaran warna kuning.
            Spesies Carpophilus kecuali merusak kopra, biasanya merusak simpanan bahan-bahan yang mengandung minyak seperti kacang tanah, bungkil dan sebagainya. Pada kopra serangannya biasanya bersama hama lain kopra seperti Necrobia, Oryzaephilus, Ahasverus, dan Ephestia. Serangan Carpophilus tersendiri tidak begitu merugikan, tetapi dengan adanya komplikasi serangan dapat menambah rusaknya simpanan.
                                                  
     Imago Carpophilus dimidiatus                     Imago Carpophilus hemipterus




                                                Imago Carpophilus spp.





  1. Rhyzopertha dominica (F.) (Bostrichidae)
Serangga ini ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Komoditas yang di serangnya meliputi gabah/beras, gaple, jagung, kentang, tapioka. Disamping itu keranjang bambu dan kotak penyimpan gabah atau dapat juga diserang serangga ini.
Morfologi dan biologi
Imago ramping silindris, berwarna coklat kemerahan sampai cokelat kehitaman, berukuran sampai 3 mm. Pronotum besar membulat dan pada permukaan dorsalnya terdapat gerigi halus yang melingkar. Kepala di bawah pronotum sehingga tidak tampak dari arah dorsal. Pada elitra terdapat alur memanjang yang terbentuk dari barisan lubang bulat kecil. 3 ruas sungut terujung membesar. Telur berwarna putih kekuningan, larva scarabaeform berwarna putih keabu-abuan dengan kepala berwarna cokelat, agak mengecil di bagian tengah abdomennya dan seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu-bulu halus. Tungkai 3 pasang dan dapat digunakan untuk bergerak cepat. Panjang larva instar akhir kurang lebih 4 mm. Pupa berwarna putih berada bertipe bebas dengan panjang 3 – 4 mm. Larva 2-4 kali ganti kulit, siklus hidup total sekitar 1-2 bulan tergantung temperatur.       
Telur diletakkan satu persatu atau kelompok pada kulit biji atau bahan lain. Seekor betina mampu bertelur sebanyak 300 – 500 butir. Setelah menetas awalnya makan sisa gerekan yang dihasilkan oleh induknya. Apabila menemukan lubang bekas gerekan, larva menggerek dan memakan bagian dalam biji yang diserangnya. Menjelang pupa larva membuat rongga dalam butiran untuk pupa.












  1. Cryptolestes pusillus (Schönherr) (Cucujidae)
Kumbang ini dikenal sebagai kumbang pipih pusilus. Hama ini umumnya dapat dijumpai di penggilingan beras maupun toko bahan makanan. Hama ini penyebarannya cosmopolit. Hama ini sebagai hama sekunder pada sereal, kacang-kacangan, gaple, dan buah kering. Hama ini tersebar di seluruh dunia terutama di daerah sub tropik dan lebih tahan terhadap kondisi udara dingin.
Morfologi dan Biologi
Imago berukuran sangat kecil hanya 1,5 – 2 mm, berwarna merah kecokelatan, pipih dan silindris. Panjang elitra 2 kali lipat panjang kepala dan protoraks. Panjang sungut hampir sama dengan panjang tubuhnya. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi agak gelap sebelum menetas. Larva ramping berwarna putih kekuningan, pada instar panjangnya 3 - 4 mm. Larva lincah bergerak. Pupa terdapat kokon yang terbuat dari sisa makanannya.
Telur diletakkan di dalam lekukan atau celah material atau diantara material. Setelah menetas larva tidak langsung merusak material, terutama bahan simpanan baru atau masih segar. Hama ini lebih manyukai bahan makanan yang telah bercendawan. Kadang-kadang hama ini memakan serangga lain yang telah mati. Sebelum pupa larva membuat kokon dari benang liurnya dan tercampur dengan sisa material. Siklus hidupnya kurang lebih 5 minggu.
Siklus Hidup
Perkembangan dari telur hingga imago kurang lebih 5 minggu pada saerah yang cocok, tetapi di daerah panas bias mencapai 9 minggu, betina dewasa bias bertahan hidup hungga 1 tahun.          






































BAB 4. KESIMPULAN

            Berdasarkan pada tujuan serta pembahasan maka didapatkan penarikan simpulan dimana kesimpulannya sebagai berikut :
1.  Komoditi-komoditi benih  kacang-kacnagan akan mengalami kerusakan yang lebih berat apabila perlakuan dari pasca panennya secara tidak benar.
2.  Kerusakan pada komoditi benih mengalami  kerusakan yang ditimbulkan dengan gerekan-gerekan yang berbeda dengan kerusakan yang lain dari bahan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Justice, Oren, L dan Louis, N, B,. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.             PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mungnisjah, Wahju, dkk,. 1994. Panduan Praktikum Dan Pnelitian Bidang Ilmu    Dan Teknologi Benih . PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Semangun, Hariyono,. 2001. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University   Press. Yogyakarta.

Suprapto, HS. 2001. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta

Tjahjadi, Nur,.1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisus. Yogyakarta









Tidak ada komentar:

Posting Komentar