Powered By Blogger

succes men

succes men
ngasi sambutan nie

Selasa, 27 April 2010

hama Penting tanaman kedelai

LAPORAN PRAKTIKUM

HAMA PENTING TANAMAN UTAMA

Acara : Mengenal dan Mengidentifikasi Jenis Hama pada Tanaman Kedelai

Tempat : Lahan pertanaman Kedelai

Oleh :

Mahbub Al Qusaeri

071510401050

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2009

I. PENDAHULUAN


1.1 Tinjauan Pustaka


Sejumlah jenis tanaman penting yang diusahakan di Indonesia berasal dari tempat lain di dunia. Tanaman kedelai diduga berasal dari dataran Cina. Sumber genetic (plasma nutfah) tanaman kedelai tumbuh di daerah pegunungan Cina bagian tengah dan barat, serta dataran rendah sekitarnya. Sumber genetik kedelai di luar kawasan Cina ditemukan di Amerika dan Mansjuriah. Dalam perkembangan selanjutnya tanaman ini menyebar luas di berbagai negara di dunia, terutama daerah-daerah yang telah dikenal pertaniannya (AAK, 2000).

Kedelai atau kedele, atau “soybean” amat dibutuhkan sebagai bahan pangan sumber protein nabati bagi manusia, dan makin diperlukan dalam berbagai industri serta pakan ternak. Permintaan kedelai cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu, terutama di Indonesia. Kedelai mempunyai kegunaan yang luas dalam tatanan kehidupan manusia. Penanaman kedelai dapat meningkatkan kesuburan tanah, karena akar-akarnya dapat mengikat Nitrogen bebas (N2) dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium sp., sehingga unsur Nitrogen bagi tanaman tersedia dalam tanah.

Kedelai telah beratus-ratus tahun dibudidayakan di Indonesia, dan prospek pengembangannya lumayan baik. Hal ini memberikan isyarat bahwa kedelai mempunyai nilai ekonomi sosial yang tinggi dan perannya makin strategis dalam tatanan kehidupan manusia. Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku industri maupun bahan penyegar. Bahkan dalam tatanan perdagangan pasar internasional, kedelai merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati, pakan ternak dan lain-lain di berbagai negara di dunia (Rukmana, 2001).

Bila dikaji lebih lanjut, mengapa Indonesia yang merupakan negara agraris tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri ? Ternyata banyak sekali factor penyebabnya. Salah satu diantaranya karena luas areal pertania yang cenderung menurun karena berubahnya fungsi lahan ke nonpertanian, seperti untuk industri dan perumahan. Hal ini yang menyebabkan luas areal panen kedelai di daklm negeri relative tetap, bahkan sebenarnya kurang dari data yang telah dicatat. Faktor lainnya ialah petani kurang bergairah menanam kedelai karena keuntungannya relatif kecil. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman yang tergolong manja atau penuh resiko.

Oleh petani, hal-hal di atas belum disadari benar sehingga kebanyakan penanaman kedelai masih dilakukan secara asal-asalan atau sebagai tanaman kedua. Bahkan di beberapa daerah kedelai malah dijadikan sebagai tanaman cash crop (tanaman yang diperdagangkan) apabila tanaman padi tidak begitu sukses. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika di banyak tempat masih dijumpai penanaman kedelai secara tradisional oleh petani. Akibatnya, produktivitas yang dihasilkan masih sekitar 1 ton/ha dan ini masih jauh dari hasil penelitian yang telah dapat menembus angka di atas 2 ton/ha (Adisarwanto, 1999).




1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum kali ini ialah untuk mengetahui dan juga mengidentifikasi semua jenis-jenis hama utama yang biasa menyerang pada lahan tanaman kedelai.












II. METODOLOGI



2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat

Jaring

alat tulis

kertas gambar

kantong plastik


2.1.2 Bahan

lahan pertanaman kedelai



2.2 Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Memungut hama - hama yang ada tanaman kedelai, secara manual, dan meletakkan pada kantong plastik yang telah disediakan.

3. Mengidentifikasi dan menggambar dalam draft acara hama-hama apa saja yang ditemukan.











III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan

Serangan hama dan penyakit pada kedelai merupakan kendala utama dalam meningkatkan produksi kedelai. Menyempitnya keragaman genetik tanaman dan usaha peningkatan produksi yang kurang memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang menjaga populasi hama, yaitu dengan penggunaan pestisida yang berlebihan, merupakan penyebab meledaknya populasi organisme pengganggu. Didapatkan beberapa jenis hama-hama utama yang telah didapat pada lahan tanaman kedelai, yaitu sebagai berikut :

1. Ordo : Lepidoptera

Famili : Pyralidae

Spesies :






2. Ordo : Hemiptera

Famili : Pentatomidae

Spesies : Nezara viridula


3. Ordo : Homoptera

Famili : Cicadelidae

Spesies : Empoasca sp.

4. Ordo : Lepidoptera

Famili : Noctuidae

Spesies : Helicoverpa spp.



5. Ordo : Lepidoptera

Famili : Pyralidae

Spesies : Etiella spp.







3.2 Pembahasan

Tanaman kedelai sangat banyak sekali kegunaannya di dalam tatanan kehidupan manusia. Penanaman kedelai selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, akar-akar dari tanaman tersebut juga dapat mengikat Nitrogen bebas yang tersedia di dalam tanah. Bagian yang paling penting dari tanaman kedelai ialah bijinya. Biji kedelai dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, misalnya dibuat tahu, tempe, kecap dan susu kedelai.

Alasan utama kedelai diminati masyarakat luas di dunia antara lain adalah karena dalam biji kedelai terkandung gizi yang tinggi, terutama kadar protein nabati. Selain itu, kedelai juga berkhasiat sebagai obat beberapa jenis penyakit. Penyakit tersebut antara lain, pencegah kanker dan jantung koroner. Timbulnya kanker dalam tubuh karena senyawa “Nitrosamin”. Kedelai mengandung dua senyawa penting yaitu Phenolik dan asam lemak tak jenuh. Kedua senyawa tersebut dapat menekan munculnya bentuk senyawa Nitrosamin, sehingga berfungsi sebagai penangkal kanker.

Di dalam praktikum kali ini, kami meninjau sebuah lahan pertanaman kedelai yang telah tandus dan juga kering. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perawatan suatau lahan tersebut sangat minim sekali dilakukan oleh para petani. Sehingga menyebabkan lahan tersebut juga sangat untuk diproduksi hasil panen dari tanaman kedelai tersebut.

Secara garis besar terdapat dua kendala utama dalam pencapaian swasembada kedelai, yaitu nonteknis dan teknis. Kendala nonteknis lebih banyak kepada penerimaan dan sikap petani terhadap tanaman kedelai. Kendala lainnya ialah faktor penunjang ketersediaan saprodi yang tepat waktu, jumlah, jenis, cara pemberian, dan jaminan harga yang layak.

Dari aspek teknis masih banyak hal yang belum dilaksanakan dengan tepat dan benar dari komponen-komponen teknologi produksi yang telah dianjurkan kepada petani atau karena petani masih melaksanakan 1-2 komponen saja. Komponen-komponen tersebut antara lain penggunaan benih dengan kualitas rendah atau varietas local dengan potensi hasil rendah, pengendalian hama penyakit yang belum baik, serta kekurangan atau kelebihan air.

Sedangkan untuk jenis-jenis hama utama yang telah menyerang tanaman kedelai, didapatkan antara lain :

Hama Riptortus linearis dari ordo Hemiptera, famili Coreidae, sering disebut kepik polong. Nimfa atau dewasanya merusak seluruh stadia pertumbuhan tanaman, terutama pada pembentukan polong dan biji. Cara merusak dengan menusuk kulit polong dan menghisap cairan biji, sehingga polong gugur, mengering, biji berbintik dan menjadi busuk berwarna hitam. Kepik dewasa bertubuh panjang, berwarna kuning coklat dilengkapi garis putih kekuning-kuningan di sepanjang tubuhnya. Kepik jantan panjangnya 11 mm – 13 mm. Perut kepik betina bagian tengah membesar dan menggembung, sedang perut kepik jantan lurus ke belakang. Umur dewasa adalah 4 – 47 hari.

Telur diletakkan berkelompok pada permukaan daun bawah atau polong tiga sampai lima butir. Telur berbentuk bulat dan bagian tengah agak cekung. Telur yang baru diletakkan berwarna abu-abu, kemudian berubah menjadi coklat suram. Telur menetas setelah 6-7 hari. Nimfa mengalami 5 kali instar. Masing-masing instar berbeda bentuk, warna , ukuran dan umurnya. Total umur nimfa adalah sekitar 23 hari.

Pengendalian hama ini, dengan pengendalian non-kimiawi antara lain dengan menerapkan pergiliran tanaman yang bukan sefamili, mengatur waktu tanam secara serempak, pengumpulan kepik untuk dimusnahkan, dan menjaga kebersihan kebun dari rumput-rumput liar. Pengendalian kimiawi adalah dengan cara disemprot insektisida pada waktu tanaman berumur 45 hari setelah tanam apabila ditemukan sepasang kepik coklat di kebun kedelai. Jenis insektisida yang mangkus adalah Micpin 50 WP atau Monitor 200 LC.

Hama Empoasca sp. dari ordo Homoptera, termasuk famili Cicadelidae, sering disebut wereng. Nimfa dan dewasa dapat menyebabkan kerusakan tanaman yang berat karena mengisap cairan daun. Daun yang terserang menyerupai daun yang terbakar. Serangga hama ini sangat membahayakan apabila menyerang tanaman muda. Populasinya melimpah pada saat bulan kering.

Telur berwarna biru keputih-putihan, panjangnya sekitar 0,55 mm. Telur diletakkan secara tunggal yang diselipkan pada jaringan tanaman, ketiak daun. Waktu bertelur pada sore atau pagi hari. Telur menetas setelah 6-7 hari. Nimfa mengalami 4 kali instar. Lama stadia nimfa adalah 5-15 hari.

Nimfa hidup pada permukaan daun bagian bawah. Instar terakhir yang akan menjadi dewasa berwarna hijau pucat. Nimfa panjangnya sekitar 2,20 mm dan lebar 0,60 mm. Nimfa berjalan serong dan meloncat apabila berpindah tempat Wereng dewasa berwarna hijau kekuning-kuningan, panjangnya 2,33 mm – 2,65 mm. Lama hidup wereng dewasa jantan sekitar 8 hari, sedangkan yang betina dapat mencapai 36 hari. Total perkembangan 11-17 hari dan telur sampai menginjak dewasa. Untuk pengendalian dari hama ini dengan melakukan tanam serempak, tidak lebih dari 10 hari. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang. Dengan penyemprotan insektisida, misalnya Supracide 40 EC.

Nezara viridula atau yang lebih dikenal dengan sebutan kepik hijau ini merupakan salah satu dari ordo Hemiptera yang termasuk dalam famili Pentatomidae dimana hama ini akan menyerang bagian polong pada tanaman kedelai. Gejala yang dapat diamati pada serangan hama ini pada nimfa dan kepik dewasa akan menghisap cairan polong dan biji kedelai yaitu dengan cara menusukan alat mulutnya (stilet) pada kulit polong dan terus kebiji dan kemudian menghisap cairan yang ada di biji sehingga dapat menurunkan hasil dari segi kualitas dan kuantitasnya serta dapat menurunkan daya kecambah, dan juga menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak sempurna.

Nimfa berwarna hijau, mata berwarna hitam, dan antena berwarna hijau pucat atau coklat. Panjang nimfa rata-rata 9 mm dan lebar 6,86 mm. Perkembangan hidup hama ini pada stadium telur 5-7 hari dan pada stadium nimfa berlangsung selama 23 hari sehingga daur hidupnya berlangsung selama 29 hari. Mengenai pengendalian hama ini dengan cara tanam serempak, tidak lebih dari 10 hari. Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang. Penyemprotan dengan insektisida apabila dijumpai intensitas kerusakan tanaman lebih besar dari 2% atau dijumpai sepasang iamago/20 rumpun tanaman. Penyemprotan dengan insektisida, misalnya Atabron 50 EC, Dimilin 25 WP, Fastac 15 EC dan Matador 25 EC.

Etiella spp. atau yang lebih dikenal sebagai ulat penggerek polong ini merupakan ordo dari Lepidoptera yang termasuk dalam famili Pyralidae. Pada hama ini juga menyerang bagian polong pada tanaman kedelai. Gejala serangan terdapat lubang gerek pada kulit polong dan apabila terdapat dua lubang pada polong berarti hama ini sudah pergi dari polong tersebut. Larvanya merusak biji dengan cara menggerek polong terlebih dahulu, selanjutnya larva hidup di dalam biji. Akibat serangan ini akan dapat menimbulkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen.

Perkembangan hidup hama ini pada telur yang sudah menetas akan berkembang menjadi stadium ulat selama 13-18 hari lalu membentuk kepompong di dalam tanah 9-15 hari sehingga daur hidup hama ini sekitar 28-41 hari. Cara pengendalian hama ini dengan cara tanam serempak, tidak lebih dari 10 hari. penyemprotan insektisida dengan memperhatikan ambang kendali, yaitu intensitas kerusakan lebih dari 2% atau 2 ekor ulat/rumpun pada tanaman berumur lebih dari 45 hari.

Helicoverpa. armigera merupakan hama utama tanaman kedelai. Serangan hama ini menyebabkan tongkol kedelai muda rusak berat, sedangkan pada tongkol yang tua mengakibatkan kerusakan terhadap biji-biji pada ujung tongkol. Larva hama ini memakan biji di dalam tongkol dan bersifat kanibal. Sehingga dalam satu tongkol hanya terdapat satu ekor H. armigera. Hama ini mempunyai banyak tanaman inang dan sangat polifag. Warna ulat bervariasi, ada yang hijau kekuningan, hijau, hijau kecokelatan, cokelat tua hampir hitam, dan cokelat muda. Badannya tertutup dengan banyak kutil dan bula. Bentuk telur bulat. Hidup di dataran rendah sampai ketinggian 2.000 m dpl, ngengat makan madu dari bunga-bunga tanaman dan biasanya bertelur pada tanaman yang sedang berbunga, misalnya pada tanaman kedelai, sorghum, dan tanaman berbuah polong sehingga pada waktu menetas, larvanya telah punya makanan berupa buah yang baru saja berkembang.

Telurnya diletakkan satu persatu dalam jumlah yang besar pada bagian atas tanaman inang, ulat yang baru menetas kemudian turun ke bawah makan buahnya. Ngengat bisa bertelur sampai 1.000 butir. Ulat ini bersifat kanibal, biasanya dalam satu tongkol jagung jarang terdapat ulat lebih dari satu atau dua. Ulat dewasa turun ke tanah dan berkepompong di sana. Perkembangan dari telur sampai ngengat lebih kurang 35 hari. Ulat ini pemakan segala tanaman, biasanya melubangi buah, tetapi ada juga yang memakan daun tembakau. Ulat ini menyerang jagung, tomat, tembakau, kapas, kentang, jarak, polong pupuk hijau, bermacam-macam sayuran dan tanaman hias. lembap. Bila banyak hujan telur dan ulatnya.

Pengendalian Dengan rotasi tanaman, jangan terus menerus menanam tembakau, jagung, tomat dan kapas, juga dapat disemprot dengan insektisida, misalnya Cymbush, Nuvacron, dan lain-lain. Tanaman liar Mimosa invisa (pis kucing) yang sering menjadi tanaman inang dibersihkan. Pada waktu malam ngengat ditangkap dengan perangkap lampu. Apabila tanaman tembakau atau tanaman kapas banyak diserang H. armigera, di tepi kebun tembakau atau kapas tanamlah kedelai sebagai tanaman perangkap untuk mengurangi serangan, dan jangan lupa memberantas ulat yang menyerang jagung. Ngengat bertelur waktu kedelai berbunga (Pracaya, 2005).















IV. KESIMPULAN



Berdasarkan hasil pengamatan dan juga pembahasan yang telah didapatkan pada praktikum kali ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

a. Penanaman kedelai selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, akar-akar dari tanaman tersebut juga dapat mengikat Nitrogen bebas yang tersedia di dalam tanah. Bagian yang paling penting dari tanaman kedelai ialah bijinya.

b. Secara garis besar terdapat dua kendala utama dalam pencapaian swasembada kedelai, yaitu nonteknis dan teknis. Kendala nonteknis lebih banyak kepada penerimaan dan sikap petani terhadap tanaman kedelai. Dari aspek teknis masih banyak hal yang belum dilaksanakan dengan tepat dan benar dari komponen-komponen teknologi produksi yang telah dianjurkan kepada petani.

c. Kedelai juga berkhasiat sebagai obat beberapa jenis penyakit. antara lain, pencegah kanker dan jantung koroner. Timbulnya kanker dalam tubuh karena senyawa “Nitrosamin”. Kedelai mengandung dua senyawa penting yaitu Phenolik dan asam lemak tak jenuh. Kedua senyawa tersebut dapat menekan munculnya bentuk senyawa Nitrosamin, sehingga berfungsi sebagai penangkal kanker.

d. Pada tanaman kedelai juga terdapat beberapa jenis hama-hama utama yang menyerang tanaman tersebut, antara lain Riptortus linearis, Empoasca sp., Etiella spp, Helicoverpa. amigera, Nezara viridula









DAFTAR PUSTAKA


AAK. 2000. Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.


Adisarwanto dan Wudianto. 1999. Meningkatkan hasil panen kedelai di lahan

Sawah, kering, dan pasang surut. PT Penebar Swadaya. Bogor.


Pracaya. 2005. Pracaya, Hama & Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya


Rukmana, Rahmat dan Yuniarsih, Yuyun. 2001. Kedelai Budidaya dan

pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.




































Hama yang lainnya ialah Aphis craccivora dari ordo Homoptera, dan famili Aphididae. Hama ini sering disebut kutu daun. Kutu ini merusak tanaman dengan cara menghisap cairan daun atau bagian tanaman yang masih muda. Selain sebagai hama, serangga ini sebagai vektor beberapa penyakit virus pada tanaman. Kutu daun dapat berkembang biak dengan cara partenogenesis (tanpa dibuahi oleh serangga jantan).

Sekitar lima hari kemudian, kutu yang baru menetas sudah mampu beranak sehingga menghasilkan keturunan-keturunan baru dalam jumlah banyak. Pada kondisi persediaan pakan terbatas, kutu daun akan membentuk sayap untuk berpindah tempat. Hama ini berwarna hitam dengan panjang 1 – 1,5 mm. Larvanya setelah satu minggu menjadi dewasa dan mulai menyerang dari balik daun dan kuncup tunas.

Pengendalian hama ini ialah dengan tanam kedelai serempak dengan selisih waktu tanam kurang dari 10 hari. Memantau lahan secara rutin dan bila menemukan bagian tanaman yang terdapat kutu Aphis segera dibuang dan dibakar. Menghindarkan areal tanaman kedelai dari tanaman inang, seperti terung-terungan, dan kacang-kacangan. Memanfaatkan predator dan parasit sebagai musuh alami dan juga melakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida, misalnya Atabron 50 EC, Matador 25 EC.


Hama Lamprosema indica termasuk dalam ordo Lepidoptera, dan famili Pyralidae. Hama ini merupakan penggerek yang merusak berbagai bagian tanaman, khususnya menimbulkan kerusakan cukup besar karena menghisap daun hingga layu. Hama ini sering disebut dengan penggulung daun, ulat merusak dengan cara memakan daun. Ulat ini sering dijumpai di dalam gulungan daun, gulungan daun mulai dibentuk oleh ulat muda pada bagian pucuk tempat telur diletakkan.

Gulungan daun dibentuk dengan cara melekatkan daun satu dengan yang lainnya dari sisi dalam zat perekat yang dikeluarkan oleh ulat yang bersangkutan. Apabila gulungan daun dibuka, maka akan dijumpai ulat berwarna hijau transparan yang bergerak cepat. Ulat memakan daun hingga terlihat tulang daunnya saja. Hama ini merusak tanaman kedelai pada umur 3-6 minggu setelah tanam.

Untuk pengendaliannya terdiri dari 2 cara, pengendalian non kimiawi antara lain dengan pergiliran tanaman yang bukan sefamili dan pengumpulan ulat untuk dimusnahkan, serta mengatur waktu tanam secara serempak. Untuk pengendalian kimiawi ialah dengan disemprot insektisida yang mangkus dan selektif apabila mencapai ambang ekonomi. Jenis insektisida yang digunakan antara lain adalah Matador 25 EC, Sevin 85 S pada konsentrasi yang dianjurkan.






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar